Grand Maerakaca Semarang : dari Perspektif Arsitektur Eko Humanis

Download
Download is available until [expire_date]
  • Version
  • Download 3
  • File Size 9.86 MB
  • File Count 1
  • Create Date 24 September 2024
  • Last Updated 24 September 2024

Grand Maerakaca Semarang : dari Perspektif Arsitektur Eko Humanis

Grand Maerakaca bukan sekadar sebuah destinasi wisata, namun juga merupakan wujud harmoni antara lingkungan alam dan kebutuhan manusia. Melalui pendekatan arsitektur eko-humanis, kawasan ini diharapkan mampu memberikan pengalaman yang lebih berarti bagi pengunjung serta kontribusi positif bagi kelestarian lingkungan.
Sebagai salah satu destinasi wisata yang menjadi perhatian peneliti dan yang memiliki kasus demikian adalah Grand Maerakaca di Semarang, Indonesia. Berada di lahan seluas 23.84 hektar, tempat ini merupakan taman wisata edukasi dimana di dalamnya terdapat 35 miniatur bangunan adat di Jawa Tengah. Pada awal destinasi wisata ini berdiri pada tahun 1988, tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata favorit masyarakat Jawa Tengah hingga masyarakat pada umumnya. Namun tema wisata edukasi ini tidak bertahan lama diminati masyarakat dan pada tahun menjelang era 2010an mulai sepi wisatawan. Tercatat pada tahun 2014 Grand maerakaca hanya memiliki 38.571 wisatawan per tahunnya, meskipun tahun 2016 mengalami kenaikan hingga 131.172 wisatawan, tetapi tetap masih kalah bersaing dengan destinasi wisata buatan sejenis lainnya di lingkup Kota Semarang (News, 2017; Vaksin, 2019). Hingga tahun 2017, Grand Maerakaca melakukan re-branding dengan menambah-kan beberapa atraksi wisata sebagai upaya meningkat-kan minat dan kunjungan wisatawan, antara lain wisata mangrove, becak air, kereta mini, teater 4D, hingga taman selfie (Mistriani & Pratamaningtyas, 2022), dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan hingga 444.415 wisatawan pada tahun 2018.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *